Mengenal Titik Hitung Inflasi Kota Ternate Berikutnya: Survei Biaya Hidup 2018



Oleh : Khairiyah Rizkiyah, SST
 Staf  Badan Pusat Statistik Prov. Maluku Utara



Pada bulan November 2017, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Berita Resmi Statistik bahwa Kota Ternate mengalami deflasi sebesar 1,06 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 131,15. Sedangkan Nasional mengalami Inflasi sebesar 0,20 persen dengan IHK sebesar 130,34. Deflasi Kota Ternate yang sebesar 1.06 persen adalah perbandingan harga komoditas di Kota Ternate pada bulan November dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu Oktober. Sedangkan angka IHK sebesar 131,15 adalah angka indeks tunggal yang menggambarkan harga saat ini di Kota Ternate dibandingkan harga pada tahun dasar.
Deflasi artinya terjadi penurunan pada presentase IHK, dan kebalikannya, Inflasi artinya terjadi kenaikan presentase IHK. Namun tahukah anda apa sebenarnya Inflasi itu?
Inflasi merupakan persentase kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga. Ada barang yang harganya naik dan ada yang tetap. Namun, tidak jarang ada barang/jasa yang harganya justru turun. Hitungan perubahan harga tersebut tercakup dalam suatu indeks harga yang dikenal dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI).
Sebagai contoh seorang buruh yang mendapatkan upah Rp 150.000 per hari, dia mampu membeli 4 kg ikan dan 5 kg beras pada tahun 2016, namun pada tahun 2017 dengan upah yang sama, dia hanya mampu membeli 2 kg ikan dan 5 kg beras. Dari kasus tersebut terlihat bahwa terjadi kenaikan harga pada ikan yang menyebabkan berkurangnya daya beli masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan Inflasi menjadi salah satu indikator penting dalam perekonomian serta dasar pemerintah untuk menetapkan berbagai kebijakan ekonomi di Indonesia, khususnya terkait harga berbagai jenis barang dan jasa.
                Untuk dapat menghitung IHK, diperlukan suatu titik awal penghitungan (IHK = 100) berupa diagram timbang yang mencakup semua jenis barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat, serta nilai konsumsinya masing-masing.  Diagram timbang tersebut disusun dari data pengeluaran konsumsi rumah tangga dan dilaksanakan dalam sebuah survei yang diberi nama Survei Biaya Hidup (SBH). SBH dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali dan mecakup pengeluaran makanan, non makanan dan keterangan sosial ekonomi pada rumah tangga daerah perkotaan.
SBH sendiri pertama kali dilakukan di Indonesia tahun 1989, berlanjut ke tahun  2002, 2007, dan yang paling terakhir adalah pada tahun 2012 (SBH2012). Pada SBH2012, dilakukan pengumpulan data di 82 kota yang terdiri dari 33 ibu kota provinsi termasuk Kota Ternate dan  49 kab/kota lainnya. Secara nasional, SBH2012 dilakukan pada 136.080 rumah tangga tersebar di 82 kota.


 SBH dan Tahun Dasar Penghitungan Inflasi
Angka IHK atau inflasi  yang dirilis BPS sejak tahun 2014,  menggunakan tahun dasar 2012 yang berasal dari SBH2012. SBH2012 mencatat adanya 859 jenis komoditas yang digunakan masyarakat secara nasional. Komoditas ini bervariasi jumlahnya antar kabupaten/kota, yaitu sekitar 224 – 461 komoditas di setiap kabupaten/kota. Pada Kota Ternate sendiri tercatat adanya 398 komoditas pada saat itu. Kemudian 398 komoditas itulah yang digunakan BPS sebagai dasar komoditas untuk menghitung Inflasi Kota Ternate tiap bulannya hingga hari ini.
Yang perlu kita pahami bahwa SBH2012 yang lalu maupun sebelumnya, tidak hanya sekedar mencatat paket komoditas (pakom) apa saja yang dikonsumsi masyarakat, tapi juga mencatat pola konsumsi  yang mencirikan keadaan sosial ekonomi masyarakat tersebut secara geografis. Hasilnya, selain pakom juga didapatkan nilai konsumsi tiap pakom untuk dijadikan diagram timbang (IHK = 100) penghitungan Inflasi masing-masing kabupaten/kota dan nasional.
Kini 5 tahun telah berlalu sejak tahun 2012, malahan sudah akan masuk 6  tahun. Tentunya jenis komoditas yang dikonsumsi masyarakat sejak tahun 2012 hingga sekarang sudah banyak yang berubah. Perkembangan teknologi informasi, perubahan pendapatan masyarakat, perubahan pola penawaran dan permintaan barang/jasa, perubahan kualitas dan kuantitas barang/jasa, serta perubahan sikap dan perilaku masyarakat dapat mengubah pola konsumsi masyarakat. Perubahan tersebut mengakibatkan paket komoditas (commodity basket) dan diagram timbang hasil SBH2012 sudah tidak sesuai lagi untuk menggambarkan keadaan sekarang secara tepat. 
Sebagai contoh komoditas pulsa handphone yang sepertinya sudah menjadi pengeluaran wajib dan rutin pada sebagian besar rumah tangga. Jumlah pengeluaran untuk pulsa pada masyarakat di tahun 2012 tentunya sudah tidak sama dengan tahun 2017, apalagi dengan adanya produk pulsa khusus paket data beberapa tahun kebelakang. Jika pakom yang lama pasti mengalami perubahan, maka kita juga harus aware dengan komoditas baru yang belum ada di tahun 2012 lalu. Sebutlah rokok elektrik atau jasa kirim online yang marak di pulau jawa dan sekitarnya. Semua perubahan ini harus dicakup untuk dapat memberikan gambaran konsumsi masyarakat yang lebih tepat.


SBH tahun 2018
 Dari uraian diatas, dapat terlihat bahwa dasar penghitungan angka Inflasi, sudah perlu “diperbaharui”. Hal yang paling utama untuk diperbaharui adalah dari sisi macam jenis pakom yang dikonsumsi oleh masyarakat, kemudian nilai konsumsinya. Dari sinilah akan dibangun diagram timbang penghitungan inflasi untuk lima tahun berikutnya. Maka pada tahun 2018, BPS kembali melaksanakan Survei Biaya Hidup 2018 (SBH2018) yang mencakup Kota Ternate.
Rangkaian kegiatan survei ini sudah dimulai sejak bulan Desember 2017 dan akan dilaksanakan hingga Desember 2018. SBH2018 dilaksanakan dengan metode yang hampir sama dengan SBH sebelumnya, yaitu mengumpulkan data pengeluaran melalui buku harian dan  wawancara. Pengeluaran yang dicakup adalah pengeluaran makanan dan non makanan, serta keterangan sosial ekonomi rumah tangga sampel. Pengumpulan data dilakukan dalam beberapa frekuensi, yaitu bulanan untuk pencatatan pengeluaran non makanan, dan triwulanan untuk pencatatan keterangan sosial ekonomi serta pengeluaran makanan, dimana pengeluaran makanan dicatat dalam buku harian selama seminggu.
                Pada SBH2018 kali ini, dilakukan juga penambahan kota, yang tadinya berjumlah sebanyak 82 kota pada SBH2012, kini menjadi 90 kota pada SBH2018. Penambahan ini dilakukan untuk menangkap adanya pusat-pusat perekonomian baru, menambah keterwakilan geografis yang merepresentasikan wilayah topografis Indonesia (pantai, gunung dsb), serta menambah keterwakilan dalam hal keunikan konsumsi masing-masing wilayah di Indonesia.  Total target sampel rumah tangga pada SBH2018 secara nasional adalah sebanyak 141.600 rumah tangga. Sedangkan total jumlah sampel pada Kota Ternate adalah sebanyak 1.200 rumah tangga.
Sayangnya sampai hari ini, hanya Kota Ternate yang masuk sebagai Kota Inflasi dari Provinsi Maluku Utara. Sehingga pelaksanaan SBH2018 pun hanya dilakukan di Kota Ternate.  Namun tidak menutup kemungkinan jika memang ada Kabupaten/Kota lain di Maluku Utara yang dianggap menjadi barometer ekonomi bagi Kabupaten/Kota sekitarnya, memenuhi kontinuitas pengumpulan data, serta diajukan oleh Pemda,  bisa saja Kabupaten/Kota tersebut terpilih pada SBH berikutnya sebagai kota Inflasi Maluku Utara selain Kota Ternate.
Inflasi merupakan salah satu indikator penting yang menjadi dasar pengambilan kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi. SBH sebagai dasar titik hitung angka Inflasi, tentunya perlu diperbaharui secara berkala untuk mendapatkan gambaran keadaan konsumsi masyarakat secara tepat. Untuk dapat mencapainya, BPS berharap pelaksanaan SBH2018  dapat didukung oleh semua pihak, baik masyarakat yang menjadi target sampel, maupun pemerintah daerah setempat.(*)



*Telah diterbitkan pada Harian Malut Post Edisi Sabtu,  6 Januari 2018



artikel lainnya yang telah dipublikasikan media :

Thank You for Reading My Blog!

Kalau tulisan ini bermanfaat, silahkan bagikan ke siapapun yang kalian pikir perlu ikut membaca :)

Comments

    Blogger Comment

0 komentar:

Post a Comment